Nasi Jamblang Mang Dul

JavaScript harus aktif untuk menggunakan foursquare.com

Kami menggunakan teknologi terbaru dan terbaik yang ada untuk memberikan pengalaman web terbaik yang mungkin. Aktifkan JavaScript di pengaturan browser untuk melanjutkan.

Unduh Foursquare untuk ponselmu dan mulailah menjelajahi dunia di sekitarmu!

Laporkan bahwa restoran sudah tutup atau info tidak akurat

Rasanya ada yang kurang lengkap bila berkunjung ke Cirebon tanpa mencicipi nasi jamblang. Itu sama halnya dengan bila berkunjung ke Yogyakarta tanpa merasakan makanan khasnya, yakni nasi kucing. Saat memasuki kota yang sering dikenal sebagai Kota Udang itu, dengan mudah wisatawan bisa menemui jajaran warung yang menjual nasi yang menjadi menu makanan khas kota tersebut. Penjual menu makanan yang sering disebut sega jamblang itu ada yang mangkal di warung dan adapula yang menjajakan keliling. Salah satu tempat kuliner yang dikunjungi Bisnis adalah Sega Jamblang Mang Dul, yang terletak di Jalan Ciptomangunkusumo, Cirebon. Nama Jamblang berasal dari nama daerah di sebelah barat Kota Cirebon, yakni tempat asal pedagang makanan tersebut. Ciri khas menu makanan tersebut adalah penggunaan daun jati sebagai bungkus nasi. Makanan pun disajikan secara prasmanan. Ketika Bisnis berkunjung ke tempat tersebut pada suatu pagi hari, beberapa pengunjung sedang asyik menikmati menu makanan itu yang dilengkapi lauk-pauk. Adapula sebagian pengunjung yang mengantre di meja prasmanan untuk memilih menu kesukaannya. Menu lauk-pauk yang tersedia di Mang Dul beraneka ragam, antara lain sambal goreng (yang memiliki agak manis), tahu sayur,  paru,  semur hati atau daging, perkedel, sate kentang, telur dadar, telur goreng, telur masak sambal goreng, semur ikan, ikan asin, tahu, tempe, dan tak ketinggalan balakutak, sejenis cumi-cumi yang dimasak bersama tintanya. Menurut catatan sejarah, awalnya nasi jamblang ini dibuat untuk para pekerja paksa (rodi) di zaman Belanda yang sedang membangun jalan raya Daendels dari Anyer ke Panarukan yang melewati wilayah Kabupaten Cirebon, tepatnya di Desa Kasugengan. Saat itu sega jamblang dibungkus dengan daun jati, mengingat bila dibungkus dengan daun pisang kurang tahan lama, sedangkan dengan daun jati bisa tahan lama dan tetap terasa pulen. Hal ini karena daun jati memiliki pori-pori yang membantu nasi tetap terjaga kualitasnya meskipun disimpan dalam waktu lama. Uniknya, akan lebih nikmat dimakan secara tradisional dengan 'sendok jari' dan alas nasi beserta lauk pauknya tetap menggunakan daun jati. Sebenarnya tidak ada yang terlalu istimewa pada nasinya, hanya nasi putih biasa yang harus didinginkan terlebih dahulu beberapa jam, baru setelah itu dibungkus dengan daun jati. Ukuran nasinya pun tidak terlalu banyak, hanya segenggaman tangan orang dewasa. “Kalau dibungkus pada saat panas akan membuat nasi berubah menjadi merah. Itu yang kami tidak mau. Biasanya setelah nasi matang, langsung dikipas dan diangin-anginkan. Hal ini bisa membuat nasi tahan lama,” jelas Umar (40), pengelola Warung Nasi Jamblang Mang Dul. Rumah makan tersebut menjadi salah satu tempat kuliner favorit bagi warga Cirebon dan para pendatang dari luar kota yang ingin mencicipi menu khas nasi jamblang. Setiap hari, sekitar pukul 06.00-08.00 pasti orang tengah berjubel menikmati nasi jamblang sebagai sarapan pagi. “Nanti biasanya ramai lagi sekitar jam makan siang,” tuturnya. Menurutnya, saat ini jumlah lauknya ada sekitar 20 macam. Harganya berkisar Rp800--Rp6.000. Meski sambalnya berwarna merah, sama sekali tidak pedas karena terbuat dari cabai merah besar, lalu diiris tipis-tipis, yang dicampur dengan bawang merah, serai, lengkuas, dan ditumis dengan minyak. Hanya makan dengan sambal saja, bisa tambah nasi berkali-kali lho.(hh)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel